Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2009

Sekolahku, Janganlah Engkau Pergi Menghapus Harapanku!

Gambar
Weits, judul apaan tuh. Memangnya sekolah kamu terbakar? Atau roboh kena bencana? Bukan... Kondisi ini menggambarkan kondisi sekolah saya saat ini (SMAN 3 Malang) yang agak "memprihatinkan". Memang minggu ini adalah puncak ketegangan masalah yang dihadapi sekolah saya. Anak OSIS memimpin demo kepada kepala sekolah dan Diknas atas isu akan dicabutnya RSBI SMAN 3 Malang. Sebelum SK atau Surat Keputusan keluar, tepatnya Rabu 20 Mei 2009 kemarin, seluruh siswa SMA Negeri 3 Malang beserta dukungan para alumni yang sempat datang melakukan unjuk rasa di Lapangan SMA Negeri 3 Malang. Massa siswa dikerahkan oleh OSIS, MPK dan Mas Adi yang sekarang kelas XII (mau lulus). Para guru juga sebenarnya ingin masalah ini diselesaikan dengan jalan perundingan, akan tetapi anak-anak tetap ingin melakukan demonstrasi untuk menunjukkan ketidaksetujuan terhadap pencabutan RSBI SMAN 3 Malang. Namun pada akhirnya jalan perundingan tetap dilaksanakan dari wakil tiap pihak, yaitu siswa, sekolah dan...

Resurrection! Apa yang Harus Kita Lakukan?

Gambar
20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional versi orang-orang Indonesia. Sebenarnya kebangkitan yang bagaimanakah yang seharusnya terjadi? Atau jangan-jangan kebangkitan yang dimaksud selama ini hanyalah semu belaka? Tak berarti apapun. Sebenarnya, Indonesia mengenang momen tonggak kebangkitan kesadaran masyarakat dari penjajahan melalui Hari Kebangkitan Nasional. Namun lucunya, tampaknya mayoritas masyarakat justru tidak menyadari penjajahan yang sedang kita alami sekarang. Tanpa disadari muncul gambaran bahwa Indonesia suka mengenang masa lalu tanpa tahu dan sadar masa kini ke depannya. Lho kok? Kenapa? Para pemuda banyak yang tidak sadar bahwa mereka sedang dijajah oleh bangsa barat, melalui budaya yang selalu mereka bawa dan mereka rasa sebagai yang paling modern. Padahal modern itu tak berarti apa-apa bila pada akhirnya modern itu menghancurkan negara kita.

Pemilu Legislatif 2009, Kenangan Buruk...

Gambar
Baru saja kita telah melewati Pemilu 2009 tahap pertama untuk menentukan calon legislatif yang dipilih oleh masyarakat. Barangkali pemilu ini yang digembor-gemborkan oleh pemerintah sebagai ikon demokrasinya Indonesia. So what? Kalau dulu pemilu 2004 dibilang berhasil, sekarang bagaimana? Kemelut politik memang semakin membara, tapi jangan lupa bahwa pemilu caleg yang lalu memberikan luka yang sangat dalam bagi sebagian kalangan yang ikut serta mencalonkan diri sebagai caleg. Dari perkiraan para dokter sebelum pemilu dilaksanakan, kira-kira sekitar 50 persen caleg yang gagal akan mengalami stress. WOW, bagaimana bisa mereka memperkirakan begitu? Ini masuk akal, sebagaimana fakta bahwa masyarakat menjadikan ajang 'pesta kekuasaan' ini sebagai ajang bisnis. Mereka mengeluarkan modal untuk kampanye, jika terpilih maka ia akan mendapatkan 'hasil' dari kursi kekuasaannya, padahal semua itu adalah uang rakyat. Astaghfirullah, inilah mengapa saya bilang demokrasi bersifat ma...