Postingan

Introspeksi Sebelum Terlalu Jauh Melangkah

Gambar
Berlalu sudah tahun 2018 hingga tahun 2022. Bukan waktu yang singkat, tetapi waktu memang bergulir begitu cepat. Kala itu aku mulai berbenah semangat untuk menulis lagi, tetapi entah kenapa kandas pula dengan berbagai agenda. Beberapa inspirasi memang sudah kutulis, baik yang masih judul maupun yang sudah dalam bentuk draft. Tapi nyatanya sampai tahun 2022 ini, belum ada perkembangan sama sekali. Di sisi lain, tahun 2018 ini memang tahun yang spesial dalam perjalanan hidupku. Aku yang sudah mencapai usia yang cukup, berusaha untuk menunaikan salah satu syariat dalam Islam bagi mereka yang sudah "mampu", yaitu nikah. Salah satu syariat agung yang terkumpul di dalamnya setengah agama. Teryata yang dikatakan "mampu" di dalam syariat tentang nikah ini tidak hanya dalam masalah finansial dan masalah biologis semata, seperti yang dibayangkan orang-orang secara kasat mata. Tetapi, lebih dalam lagi, ada masalah tentang ilmu yang harus diresapi dan diamalkan mengenai seluk b

Start in 2018

Gambar
Lama sekali aku tak posting tulisan, bukan berarti aku break dari tulis menulis. Hehe... Beberapa alasan dibalik itu adalah, setelah menyelesaikan program Sarjana yang terbilang telat, aku mulai merancang proyek Buku 30 Tahun Organisasi Pecinta Alam Ganendra Giri. Rupanya hal ini cukup menyita waktu. Di samping aku banyak menyusun report jurnal kerjaku dari lapangan, aku juga mulai menggali tulisan-tulisan para pecinta alam lewat penyusunan media Cakrawala Ganenders. Tak terasa semakin lama semakin banyak yang harus kutangani. Bukan berarti aku jenuh. Di samping banyaknya ide di kepala dan banyaknya pekerjaan yang harus ditangani, evaluasi diriku masih menunjukkan bahwa aku masih belum banyak memanfaatkan waktu luangku. Masih banyak miss dalam aktivitasku. Masih banyak malas-malasannya juga. Sering jadi menyesal juga. Huff. Semoga mulai 2018 ini aku bisa mulai fokus dan menata tujuan-tujuanku ke depannya. Sambil satu per satu kuselesaikan apa yang telah aku mulai. Berubah menja

Memang Jauh, Tetapi...

Gambar
Siang itu, radio yang biasa kuputar untuk mengalahkan rasa suntuk dan kesepian tengah melantunkan suatu lagu, menemani kesibukanku menyelesaikan laporan. Lagu ini merupakan salah satu lagu favorit rekan-rekan seperjuangan yang selalu berhasil membawa anganku kepada atmosfer 'rindu' saat bekerja jauh dari sanak keluarga. Memang bagi kami selalu ada berat hati di awal trip dan selalu ada rindu menjelang akhir trip. Dan lagu ini cukup sukses menambah semangat kami di masa akhir trip. *** Dering telefonku membuatku tersenyum di pagi hari Kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi

Tetap Tegak dan Syukur

Gambar
Dalam ceramah-ceramah dan motivasi-motivasi, sering kali kita diberikan wejangan mengenai rasa bahagia. Betapa banyak manusia di muka bumi ini, bekerja siang dan malam, hanya untuk menemukan arti bahagia itu. Para penceramah dan motivator menegaskan bahwa kebahagiaan itu tidak berada jauh di luar kita. Kebahagiaan sebagai suatu rasa itu sebenarnya itu kuncinya ada dalam diri kita. Bahagia itu ada pada bagaimana kita menerima dan mensyukuri apa yang telah kita terima. Jika bicara syukur, ini perkara susah-susah-gampang. Sebelas duabelas dengan yang namanya ikhlas. Karena kelemahan hati kita, terkadang semakin diutarakan maka akan semakin kabur dan hilang maknanya.

Kamu Harus Gagal, Kamu Harus Sial

Gambar
Sekedar curhat dan muhasabah diri sebelum lupa dan mumpung masih ada kesempatan. Belakangan ini hari yang sibuk bagiku, dan sebenarnya bukan hal yang spesial karena pasti tak jarang kita dihadapkan oleh jadwal beruntun. Namun ada pelajaran berharga terhadap kesalahan ataupun kesialan yang kualami. Setelah kemarin lusa seharian PP Surabaya-Jakarta untuk presentasi di kantor, kemudian semalam menghadiri Dies Natalis 24 OPA Ganendra Giri semalam suntuk di Coban Rais DAU Malang, sedangkan hari ini harus berangkat balik lagi ke Jakarta karena besok ada ujian dan lusa akan Crew Change. Hal yang spesial adalah aku harus ketinggalan kereta mendekati klimaks dari rangkaian jadwalku, dan itu adalah pelajaran berharga bagiku. Meskipun pada akhirnya Alhamdulillah aku mendapatkan solusi terbaiknya, paling tidak akan kucoba menggali hikmahnya.

Pesantren itu Ada di Tengah Laut

Gambar
Tak terasa hampir satu tahun sudah aku mencurahkan energi di tempat yang insya Allah dibarokahi ini. Tempat yang dulunya kukira menakutkan dan sangat terasing, terisolasi dan jauh dari peradaban, ternyata penuh semangat, canda tawa, motivasi, dan yang tak kalah penting semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebuah kebetulan yang disengaja oleh Allah, bahwa aku dulu berharap bahwa aku ingin bekerja di mana aku bisa berkembang menjadi lebih baik dan bisa mendekatkan diriku kepada Allah. Aku belajar di alam bahwa aku insya Allah bisa beradaptasi di manapun asalkan aku bisa beribadah dengan baik tanpa ada kekangan. Hal itu mungkin dirasakan oleh teman-teman yang bekerja di bawah naungan perusahaan milik asing-barat dengan gaji tinggi. Tapi adaptasi hidup tidak seperti itu. Secara sederhana hidup itu tidak terlepas dari bernafas, makan/minum, istirahat, berlidung (sheltering), dan beribadah.

Horizon Laut Jawa: Refleksi ke Belakang dan Visi ke Depan

Gambar
Selama enam bulan terakhir ini aku telah bergelut dengan hal-hal baru selama masa On Job Training di tempat kerjaku yang baru. Tentunya banyak sekali teman, pengalaman, dan pelajaran berharga yang aku dapat di 'atmosfir' yang baru ini. Dari budaya kerja, life balance, hingga adaptability. Memang perlahan demi perlahan fokus dalam hidupku ini bergeser. Tetapi dari berbagai macam rupa warna hidup yang aku lewati ini tak ada suatu penyesalan. Justru anugerah yang semakin lama harus semakin kusyukuri yang semakin kurasakan. Seperti pesan Pak Bambang, Kajur Mesin ITS kepadaku sebelum meninggalkan kampus, "Carilah ilmu di manapun ia berada. Tidak ada ruginya kamu belajar apapun dan di manapun. Dan kalau perlu carilah ilmu setinggi mungkin."