Kenapa Memilih untuk Berpetualang?
Sepetik penggalan hidupku mulai kuhimpun. Aku kini hidup dengan jiwa seorang petualang. Padahal dulu diriku tak mengenal dunia luar. Terkungkung hanya di kisaran roda imajinasi duniaku sendiri. Aku hanya melihat keindahan dunia ini dari balik layar kaca, dari kelihaian sorotan para perekam ulung. Aku hanya bisa bersyukur bahwa aku hidup dalam kemapanan diamku ini.
Mungkin adikkulah yang membuka mataku akan indahnya dunia ini.
Aku mulai mencoba keluar dari batasan yang kubuat sendiri selama ini. Aku ingin merasakan luasnya dunia ini. Aku ingin merasakan tingginya tanah yang kupijak ini. Dan aku ingin merasakan betapa kecilnya diriku di hamparan semesta ini.
Ganendra Giri. Itulah nama yang mengenalkanku akan arti hidupku.
Sejak masuk, aku dipaksa untuk memahami bahwa diriku ini lebih dari apa yang kupikirkan. Setiap orang harusnya menyadari bahwa dirinya bisa lebih agar ia bisa berkembang lagi, itulah apa yang aku dapatkan dari awal petualanganku.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku ingin lebih mendalami apa esensi dari petualangan para pecinta alam, dunia yang baru kudalami.
Aku menelusuri mulai dari sejarahnya, seperti kata-kata dari Soe Hok Gie, salah satu pendiri Mapala UI. Gerakan "Pecinta Alam" awalnya adalah pergerakan perlawanan yang murni kultur kebebasan sipil atas invasi militer dengan doktrin militerisme - patriotik. Perlawanan ini dilakukan dengan mengambil cara berpetualang dengan alasannya yakni :
Petualangan yang aku dalami adalah mendaki gunung, di mana di sana semua sifat dan watak asli dari setiap pribadi terlihat. Kita menjadi sadar akan sifat dan watak asli kita dan teman kita saat kita mendaki gunung. Bagaimana kita menghadapi kelemahan diri kita yang sejati, dan berusaha untuk introspeksi dan mengalahkannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Di sanalah kita menempa fisik dan mental, terutama mental. Karena sehancur-hancurnya fisik kita, selama mental kita masih kuat, insyaAllah kita masih akan selamat. Karena itulah, seperti kata mutiara yang terkenal di antara para pendaki, "Bukanlah gunung yang kita taklukkan, tetapi diri sendiri."
Selebihnya, aku ingin memahami makna di balik perjalananku, petualanganku. Seperti halnya jawaban George Herbert Leigh Mallory ketika ditanya "Why do you want to climb Mount Everest?", "Because it's there."
Wallahua'lam.
*Ayat Kauniyah: Jagad raya ini beserta isi-isinya, termasuk manusia beserta isi hatinya.
Mungkin adikkulah yang membuka mataku akan indahnya dunia ini.
Aku mulai mencoba keluar dari batasan yang kubuat sendiri selama ini. Aku ingin merasakan luasnya dunia ini. Aku ingin merasakan tingginya tanah yang kupijak ini. Dan aku ingin merasakan betapa kecilnya diriku di hamparan semesta ini.
Dahulu jiwaku adalah jiwa pengecut
Bagai lilin di tengah teriknya siraman sinar mentari
Namun kini aku sadar
Temukan rahasia di balik hikmah
Betapa berharganya
Lilin di tengah gelap gulita...
Ganendra Giri. Itulah nama yang mengenalkanku akan arti hidupku.
Sejak masuk, aku dipaksa untuk memahami bahwa diriku ini lebih dari apa yang kupikirkan. Setiap orang harusnya menyadari bahwa dirinya bisa lebih agar ia bisa berkembang lagi, itulah apa yang aku dapatkan dari awal petualanganku.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku ingin lebih mendalami apa esensi dari petualangan para pecinta alam, dunia yang baru kudalami.
Aku menelusuri mulai dari sejarahnya, seperti kata-kata dari Soe Hok Gie, salah satu pendiri Mapala UI. Gerakan "Pecinta Alam" awalnya adalah pergerakan perlawanan yang murni kultur kebebasan sipil atas invasi militer dengan doktrin militerisme - patriotik. Perlawanan ini dilakukan dengan mengambil cara berpetualang dengan alasannya yakni :
"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia - manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi (kemunafikan) dan slogan - slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung." (Soe Hok Gie - Catatan Seorang Demonstran).Lebih lanjut lagi, aku menemukan banyak hal dari petualangan ini. Aku belajar banyak hal yang sebelumnya belum pernah kubayangkan. Menurutku, petualangan adalah mengeksplorasi apa yang belum kita ketahui, dengan tujuan untuk menambah pengetahuan tentang ayat-ayat Kauniyah Allah* yang terhampar di alam semesta ini, dan yang terpenting lagi adalah untuk lebih mengenal lagi diri kita sendiri.
Petualangan yang aku dalami adalah mendaki gunung, di mana di sana semua sifat dan watak asli dari setiap pribadi terlihat. Kita menjadi sadar akan sifat dan watak asli kita dan teman kita saat kita mendaki gunung. Bagaimana kita menghadapi kelemahan diri kita yang sejati, dan berusaha untuk introspeksi dan mengalahkannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Di sanalah kita menempa fisik dan mental, terutama mental. Karena sehancur-hancurnya fisik kita, selama mental kita masih kuat, insyaAllah kita masih akan selamat. Karena itulah, seperti kata mutiara yang terkenal di antara para pendaki, "Bukanlah gunung yang kita taklukkan, tetapi diri sendiri."
Selebihnya, aku ingin memahami makna di balik perjalananku, petualanganku. Seperti halnya jawaban George Herbert Leigh Mallory ketika ditanya "Why do you want to climb Mount Everest?", "Because it's there."
"Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah." (TQS. Al-Hadid : 1)Arti yang sama dapat kita cari pada surat Ar-Ra'du ayat 13 dan masih banyak yang lainnya. Alam sedang mengagungkan Tuhan dan Tuhan memerintahkan kita untuk memikirkannya. Aku terus berpetualang untuk terus memikirkan dan memahami maknanya.
Wallahua'lam.
*Ayat Kauniyah: Jagad raya ini beserta isi-isinya, termasuk manusia beserta isi hatinya.
Komentar