Hikmah Keterpurukan
Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa mayoritas dari kita
lebih suka mempublikasikan kisah-kisah indah ataupun momen-momen bahagia. Hal
ini banyak terbukti di media sosial.
Tetapi aku tahu beberapa orang juga bisa merasa berbagi tatkala mereka
menceritakan masa susah dan sedih mereka. Kurang lebih, pasti ada suatu
pembelajaran yang dapat diambil dari suatu cerita.
Kini aku ingin mencoba menuliskan apa yang ada di pikiran
dan perasaanku di salah satu 'fase roda bawah' dalam hidupku. Semoga dapat
menjadi cermin jika suatu ketika aku mendapati hal yang serupa.
***
Sesuai dengan nama lapang pemberian, aku mulai mencoba
untuk bisa menemukan kebahagiaan dari manapun, dalam kondisi yang bagaimanapun.
Tak terkecuali dalam kondisi sekarang yang membuat aku merasa tak berguna,
gagal, tidak pantas, ataupun perasaan yang ingin menghilang saja. Di semester
akhir ini aku betul-betul banyak tertinggal. Saat teman-teman sudah mulai
bersiap berangkat PKL, aku bahkan belum tahu mau PKL di mana. Masa PKL yang
didapat pun hanya singkat, tidak sesuai dengan target kampus. Saat aku
diharuskan untuk menggenapi masa PKL yang kurang dengan bantu-bantu di bengkel
kampus, teman-teman sudah mulai TA. Dan aku, judul TA pun juga belum dapat. Aku
sendiri bingung kenapa aku bisa tertinggal seperti ini. Apakah karena terlalu
banyak amanah yang aku ambil di awal-awal, ataukah secara sederhana aku gagal
dalam berencana. Aku ada di titik di mana para petualang menyebut 'point of no
return', jauh dari mana-mana dan aku tak memiliki perbekalan sama sekali untuk
menghadapi kondisi yang mengancam nyawa. Aku ingin tahu, apakah orang-orang
yang pernah memiliki pengalaman yang mengganggu ketenangan jiwa ini masih
memiliki hak untuk sukses di masa depannya? Ya Allah kuatkan hamba-Mu.
***
Aku menulis post ini pada dua waktu yang berbeda... Post
di atas kutulis saat berada di masa genting kelangsungan Tugas Akhirku. Namun
Post di bawah ini kutulis saat setelah melewatinya. Dan mungkin ini adalah
salah satu metode uji cobaku untuk melihat hikmah di balik aliran waktu dan
usaha.
***
Alhamdulillah. Beda sekali rasanya saat berada di bawah
tekanan dan saat berada di zona nyaman setelah melewati tekanan itu. Dulu aku
menulis tulisan di bagian atas saat progress tugas akhirku tertinggal daripada
mayoritas teman-teman di jurusan. Di saat semua sudah mulai mengerjakan TA,
parahnya saat itu judulpun aku belum punya. Yah, sempat frustasi dan susah
tidur. Namun sekarang akhirnya aku telah mencapai garis finish dengan
perjuangan yang memakan mayoritas waktu Ramadhan. Alhamdulillah TA selesai
dalam dua bulan. Dan jawabanku untuk rasa penasaranku dahulu berdasarkan
tahapan di atas: 'Hak untuk sukses itu ada pada semua orang yang mau berusaha,
bagaimanapun kondisi awalnya.'
Sebagai catatan hikmah dari siklus
Tekanan-Usaha-(Berhasil)-Zona Nyaman, menurut saya fase yang paling penting
adalah Zona Nyaman, meski fase usaha adalah fase yang paling menentukan alur
siklus. Kenapa? Karena kita baru bisa mengambil hikmah terbesar, yaitu inti
ceritanya, saat kita berada di Zona Nyaman. Kita bisa bersyukur dengan
sepuasnya di Zona Nyaman dan berusaha untuk mencari tekanan-tekanan baru untuk
mendapat hikmah baru. Yang jelas, Zona Nyaman itu sebenarnya tidak terlalu
nyaman jika kita terlena akan keberhasilan kita mendapatkan Zona Nyaman itu.
Bahkan akan sangat rugi jika kita tidak menemukan hikmah di balik semua proses
itu.
Secara logika, jika hidup ini penuh dengan ujian, maka
kita tidak akan pernah menemukan ujung Zona Nyaman selama kita masih hidup.
Toh, kebahagiaan tidak terletak pada Zona Nyaman, namun ia terletak pada hati
kita, diri kita. Saat kita mengakhiri satu rangkaian cerita, maka besok kita
harus menghadapi awal dari cerita baru.
Hmm, benar jika aku masih butuh banyak proses belajar.
Masih terlalu dini jika aku mengaku dapat mengambil hikmah dari sebuah
keterpurukan sekarang. Ternyata rasa ujian yang kurasakan saat ini sama saja
dengan rasa sakit ketika aku gagal dua kali dalam SNMPTN. Semoga aku bisa
membagikan fragmen hikmah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wabillahi taufiq wal hidayah.
Komentar