Crossing Path

Mungkin agak gatal juga tangan ini lama tidak menulis. Mungkin juga aku ingin menulis karena agak stress menunggu dan menunggu. Menunggu jawaban di persimpangan jalan bagi seorang sarjana muda. Sebenarnya lumayan banyak pikiran-pikiran aneh yang ingin kutulis dari pengalaman masa aku selesai sekolah hingga sekarang. Tetapi rasanya belum terlalu matang. Namun sekarang, bagaimanapun juga aku ingin meninggalkan sedikit jejak di timeline jurnal ini.

Pencapaian-pencapaian dalam hidup ini seperti kita meniti menaiki tangga. Saat kita berhasil melampaui satu anak tangga, kita akan berhadapan lagi dengan anak tangga lain di atasnya. Kala lulus SD senang masuk SMP favorit, tapi di SMP favorit harus berjuang menuntut ilmu lebih keras. Ketika lulus SMP senang masuk SMA favorit, tapi di SMA favorit harus berjuang lebih keras lagi menerima materi yang padat. Ketika lulus SMA bisa berleha-leha masuk perguruan tinggi yang dituju, tapi di perguruan tinggi itu harus bekerja memeras otak dan otot biar bisa menyerap tujuan pendidikan yang diberikan. Ketika lulus dari perguruan tinggi inilah umumnya kita mulai tidak merasakan kegembiraan berlebih karena akan dihadapkan oleh masalah pengangguran dan pekerjaan. Aku pun demikian. Tetapi bukan stress (atau bahasa anak muda masa ini: "galau") lah jawaban yang harusnya diberikan.

Memang banyak sekali pilihan yang terbuka setelah kita meninggalkan bangku pendidikan formal, karena kita yang sebelumnya berprofesi sebagai siswa harus berganti menjadi orang yang sebenarnya. Selamat datang di medan kehidupan yang sebenarnya. Pilihan pun memang lebih abstrak daripada pilihan yang ada saat kita masih berada di bangku pendidikan formal. Akan tetapi bagi mereka yang sudah terbiasa atau terlatih hidup demikian semenjak ia masih berada di bangku pendidikan formal, hal ini tidak masalah.

Banyak sekali teman-teman yang selepas sekolah di Politeknik langsung diterima kerja (mayoritas kalau tidak salah hampir 80% karena memang Politeknik sangat ahli dalam mencetak tenaga kerja), namun ada juga yang tidak. Seperti aku dan beberapa teman. Aku berusaha untuk tidak menyesali nasib atau takdir atau apalah namanya itu. Rejeki sudah ada yang mengatur. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha.

Entah racun, penyakit, atau justru anugerah, pemuda-pemuda sepertiku yang memiliki beberapa idealisme tentang apa yang ingin diraih dalam hidup ini. Tak jarang justru idealisme itu malah membunuh pemuda itu sendiri (dalam arti kesempatan, kepercayaan, pengakuan, dsb.) karena tidak sejalan dengan aliran masa. Tapi bagiku tak masalah. Optimisme dan kesabaran akan memberikan hasil jika kita iringi dengan rasa tawakkal kepada Allah. Yang ingin selalu kuingat adalah Indonesia memiliki banyak orang-orang hebat dan pemuda-pemuda hebat meskipun kita hidup di tengah kebobrokan sistem yang tidak ingin kuutarakan di sini.

Indonesia butuh sebuah rasa optimisme, rasa jujur bahwa kita mencintai negeri ini, dan rasa cinta kepada sebuah keindahan. Keindahan yang dimaksud adalah yang bersifat global seperti dari adab, etika, moral, ilmu, prestasi, dan sebagainya. Terkadang kita kurang bangga terhadap apa yang ada di negeri ini karena memang hal tersebut tidak pantas untuk dibanggakan. Itulah yang harus diubah. Terkadang kita merasa takjub dengan apa yang ada di negeri ini karena keluarbiasaannya. Itulah yang harus dibanggakan. Kalau banyak yang berbicara negeri ini butuh pemimpin yang tepat, sebenarnya ada orang-orang yang cocok. Kita tinggal menemukannya. Kalau banyak yang berbicara negeri ini terlalu banyak korup, maka itu yang harus kita hina. Sederhana, kreatif, spontan, dan sesuai hati nurani itu yang masih kita butuhkan.

Akhir kata, di tengah penantianku di percabangan pilihan hidup yang mulai abstrak ini, aku hanya bisa bertindak sesuai dengan apa yang aku rasa tidak akan aku sesali di kemudian hari, sembari berharap dan berdoa semoga Allah senantiasa menunjukkan kepadaku jalan yang terbaik bagi dunia dan akhirat nanti.

Wabillahi taufiq wal hidayah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Lintas Jalur ITS

Jujitsu is My Way

Teknologi Internet : Perkembangan Web 2.0