Antara Sepi dan Sunyi

Tidak terbayang bahwa aku akan berdiri di tengah pulau besi yang dikelilingi hamparan air tak bertepi ini. Di atas struktur kokoh buatan manusia, yang sudah berdiri satu generasi lamanya. Di tengah terpaan cuaca tak menentu, yang kadang panas kadang badai.

Aku masih ingat bahwa saat sekolah aku bercita-cita untuk belajar komputer di suatu institusi ternama di Indonesia dan menjadi seorang pengajar, namun kelihatannya kandas saat aku gagal ujian. Saat ini pun aku sendiri masih belum memiliki keinginan terhadap suatu profesi pasti --atau dalam posisiku kini, suatu jabatan-- di masa depan secara tegas. Apa yang ada dalam benakku hanyalah aku ingin terus berjalan menghadapi tanjakan-tanjakan dalam hidupku, mencoba mencari di manakah puncakku berada, mencari di mana aku bisa memberi lebih.

Terkadang aku merasa takjub bahwa Allah dapat memberikan rejeki kepada makhluk-Nya dari arah yang tak disangka-sangka. Mungkin tingkat pendidikanku tidak atau belum setinggi apa yang aku cita-citakan, tetapi aku sekarang sudah diberikan suatu kecukupan oleh Allah. Aku tak bisa menolak lebih jauh lagi, bahwa Allah menggiringku ke tempat yang baik, meski aku masih banyak berbuat salah dan dosa. Aku harus belajar untuk bersyukur lebih banyak lagi atas apa yang Allah berikan kepadaku, yaitu apa yang aku butuhkan, bukan yang aku minta.

Suatu ketika aku mencoba mempelajari diriku sendiri sebagai rangkaian muhasabahku. Dibilang ambisius pun aku tidak seperti itu, dan dibilang tidak berorientasi pun aku tidak seperti itu. Aku mencoba menjalani hidup dari apa yang aku pelajari selama ini. Aku telah bertemu dengan banyak orang yang memberikan nasihat-nasihat dan motivasi-motivasi yang baik, dan aku bisa melewati sejengkal demi sejengkal hidup ini dari nasihat-nasihat dan motivasi-motivasi itu. Mungkin tidak semua nasihat dan motivasi itu aku ingat, namun dalam keseharianku aku berusaha untuk menggali apa yang sudah aku terima.

Setelah sekian waktu aku berjalan menyusuri ragam bentang bumi ini, aku ingin mendefinisikan lagi mimpi dan cita-citaku. Akan tetapi aku tak ingin berpanjang angan-angan. Aku ingin memproyeksikan anak tangga mana yang harus aku daki ke depan, dan pintu mana yang perlu kucoba untuk kubuka. Meski langkah ini terbatas oleh waktu, tetapi tak ada salahnya proyeksi mimpi dan cita-cita ini kubuat sepanjang mungkin. Meski pandangan terhadap puncak proyeksi masih kabur, tak ada salahnya mencoba melangkah sedikit demi sedikit dengan bantuan usaha, doa, dan refleksi untuk memperbaiki diri yang dhaif ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Lintas Jalur ITS

Jujitsu is My Way

Teknologi Internet : Perkembangan Web 2.0