Kamu Harus Gagal, Kamu Harus Sial

Sekedar curhat dan muhasabah diri sebelum lupa dan mumpung masih ada kesempatan. Belakangan ini hari yang sibuk bagiku, dan sebenarnya bukan hal yang spesial karena pasti tak jarang kita dihadapkan oleh jadwal beruntun. Namun ada pelajaran berharga terhadap kesalahan ataupun kesialan yang kualami.

Setelah kemarin lusa seharian PP Surabaya-Jakarta untuk presentasi di kantor, kemudian semalam menghadiri Dies Natalis 24 OPA Ganendra Giri semalam suntuk di Coban Rais DAU Malang, sedangkan hari ini harus berangkat balik lagi ke Jakarta karena besok ada ujian dan lusa akan Crew Change. Hal yang spesial adalah aku harus ketinggalan kereta mendekati klimaks dari rangkaian jadwalku, dan itu adalah pelajaran berharga bagiku. Meskipun pada akhirnya Alhamdulillah aku mendapatkan solusi terbaiknya, paling tidak akan kucoba menggali hikmahnya.

Menuruti nasehat orang lain itu amat berharga, apalagi itu adalah nasehat dari orang tua. Nasehat-nasehat itu merupakan intisari dari pelajaran dan pengalaman mereka yang telah menjalani hidup ini lebih lama dari kita. Satu hal yang penting dimiliki oleh mereka yang ingin sukses adalah mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan orang lain, karena hidup ini terlalu singkat untuk terlalu banyak membuat kesalahan demi mendapatkan pelajaran.

Hal penting pada kali ini adalah nasehat orang tuaku mengenai bagaimana kita mempersiapkan cadangan-cadangan. Entah itu cadangan waktu, cadangan uang, cadangan rencana, ataupun cadangan yang lainnya. Kadang kita terlalu bodoh untuk dapat memahami makna pencadangan itu baik karena merasa sudah biasa maupun karena tidak tahu sama sekali maksud di balik pencadangan itu karena belum pernah mengalami kesalahan atau kegagalan terjadap hal tersebut.

Memang yang namanya manusia, seringkali kita lupa dan abai. Kadang juga kita tak terlalu paham atas nasehat-nasehat yang baik itu. Ternyata kita sebenarnya juga memerlukan kegagalan-kegagalan dan kesialan-kesialan itu agar dapat mempertajam rasa kebutuhan kita untuk memperbaiki diri. Meskipun begitu, perlu juga diusahakan agar jangan sampai kegagalan itu ada pada bagian yang fatal bagi kehidupan kita secara keseluruhan.

Secara tak langsung kita juga perlu bersyukur jika kegagalan atau kesialan kita itu bisa mengajarkan hikmah kepada kita. Terutama jika kita bisa semakin rendah diri akibat itu, tidak bersombong atas keberhasilan-keberhasilan kita yang jumlahnya ternyata tak lebih banyak dibandingkan dengan kebodohan dan kegagalan yang kita perbuat. Apalagi jika kesialan dan kegagalan itu ternyata menunjukkan jalan terbaik di antara pilihan yang harus kita tempuh di depan.

Semoga kesalahan, kegagalan, apapun bentuk kemalangan itu bisa menjadi pengingat bagi diri, dan bekal yang bekerja secara eksponensial terhadap keinginan diri ini untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

Tak lupa juga...
Avig Nam Astu
Dirgahayu Ganendra Giri ke 24

Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat orang yang merugi...
Wabillahi tufiq wal hidayah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Lintas Jalur ITS

Jujitsu is My Way

Teknologi Internet : Perkembangan Web 2.0