Introspeksi Sebelum Terlalu Jauh Melangkah

Berlalu sudah tahun 2018 hingga tahun 2022. Bukan waktu yang singkat, tetapi waktu memang bergulir begitu cepat. Kala itu aku mulai berbenah semangat untuk menulis lagi, tetapi entah kenapa kandas pula dengan berbagai agenda. Beberapa inspirasi memang sudah kutulis, baik yang masih judul maupun yang sudah dalam bentuk draft. Tapi nyatanya sampai tahun 2022 ini, belum ada perkembangan sama sekali.

Di sisi lain, tahun 2018 ini memang tahun yang spesial dalam perjalanan hidupku. Aku yang sudah mencapai usia yang cukup, berusaha untuk menunaikan salah satu syariat dalam Islam bagi mereka yang sudah "mampu", yaitu nikah. Salah satu syariat agung yang terkumpul di dalamnya setengah agama. Teryata yang dikatakan "mampu" di dalam syariat tentang nikah ini tidak hanya dalam masalah finansial dan masalah biologis semata, seperti yang dibayangkan orang-orang secara kasat mata. Tetapi, lebih dalam lagi, ada masalah tentang ilmu yang harus diresapi dan diamalkan mengenai seluk beluk kehidupan pernikahan. Mengenai hal ini, mungkin aku akan membahas sedikit pada tulisan yang lain.

Kembali pada semangatku di awal 2018 atau beberapa waktu sebelumnya, yang dihadapkan pada persiapan nikah. Aku mendapatkan nasihat dari seorang rekan untuk membeli buku mengenai pernikahan dan intensif untuk mencari ilmu melalui pengajian-pengajian sebagai bekal sebelum menikah. Ya, memang aku tidak terlalu asing dengan yang namanya pengajian sebelumnya karena beberapa kali suka ikut pengajian-pengajian umum atau halaqoh-halaqoh, namun kali ini berbeda. Aku mencoba menjelajah beberapa pengajian yang disebut salafi yang diselenggarakan secara umum di masjid-masjid. Coba ikut di masjid ini dan itu. Ya, aku mulai menemukan konsep ngaji yang sebenarnya pada masa-masa ini. Sebenarnya cukup sederhana, kalau mau serius mencari ilmu itu tak cukup hanya dengan duduk mendengarkan kajian, tetapi harus dengan mencatat.

Mulai saat itu, sedikit demi sedikit aku mulai mencari dan mendalami kembali mengenai ilmu agama, setelah sebelumnya lebih familier dengan bahasan agama yang dekat dengan pergerakan Islam. Hasilnya memang meruntuhkan apa yang kuketahui selama ini. Sebelumnya aku yang dekat dengan pemahaman Islam yang berbau politis, dengan mengenal pengajian Islam yang kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman salafus sholeh itu membuat diriku seperti salah paham sebelumnya. Memang dulunya aku tahu mengenai salafi dari tulisan-tulisan baik di internet maupun di buku, tetapi untuk benar-benar memahami apa yang dibawa dan diajarkannya memang harus merasakannya dari dekat, dengan mengikuti kajiannya, dan mencatat faidah ilmu yang didapat.

Memang proses idealnya sampai saat ini aku masih belum bisa menjalaninya, tetapi pada titik ini diriku menjadi lebih sadar bahwa Islam yang dahulu kupahami sebagai pergerakan dakwah melalui kelompok-kelompok, semangat yang terlalu menggebu padahal belum sempurna keilmuannya, dan keinginan-keinginan untuk tampil itu luluh. Ya, betapa naifnya diriku dan tulisan-tulisanku dulu. Aku dulu suka menulis memang berdasarkan semangat Islam-Islam pergerakan, merasa salah kaprah setelah dihadapkan dengan keindahan Islam dari petikan ulama' lurus yang terdahulu dan mereka yang mengikutinya.

Maka dari itu, beberapa waktu kulalui dengan mengais sedikit ilmu untuk meneliti dan mencari kembali sumber-sumber ilmu yang murni. Ternyata jauh... Jauh sekali dari yang kupahami selama ini. Kalau pada pemikiran pergerakanku yang sebelumnya aku terdorong untuk bersuara menyerukan kebenaran, kini yang kudapatkan adalah harus berilmu sebelum beramal. Maka dari itu aku yang sebelumnya mudah saja berpikir untuk membuat tulisan, kini harus berpikir-pikir dahulu. Maka mohon maaf jika semangat menulisku sempat padam karena kini aku paham bahwa prioritas sekarang ini adalah menuntut ilmu untuk diamalkan.

Ya, sebelum melangkah terlalu jauh, aku bersyukur bahwa langkah-langkahku sebelumnya tidak terlalu sia-sia. Aku bersyukur masih mendapatkan hidayah dan untuk dipertemukan dengan teman-teman dan apa-apa yang meluruskan kembali kesalahanku. Tak menutup kemungkinan masih ada kesalahan-kesalahan pada diriku dan kemungkinan lain di masa yang mendatang. Maka dari itu sudah selayaknya kita berdoa agar Allah senantiasa memberikan kepada kita taufiq dan hidayah-Nya, serta menganugerahkan keteguhan untuk istiqomah di jalan-Nya hingga akhir hayat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Lintas Jalur ITS

Jujitsu is My Way

Teknologi Internet : Perkembangan Web 2.0