Ternyata Waktu itu Relatif...

Waktu itu relatif? Ah yang benar?! Mungkin gak sih kalau waktu yang bahkan udah ada ukuran SI-nya (baca: Standar internasional), bisa dibilang relatif. "Why do you say it?" tanya orang-orang berbahasa Inggris itu... Ya, akan kuuraikan secara sederhana bin singkat, semampuku untuk tidak membelitkan pemahaman.

Begini ceritanya, ada orang yang sibuk sekali dengan pekerjaan yang ditekuninya dan juga ada orang yang sedang berleha-leha di teras rumahnya sambil nongkrong mengamati jalan. Kalau tentunya Anda jeli mengamati atau secara langsung merasakannya (dari kedua contoh tersebut), tentu Anda dapat membandingkan bagaimana Anda melewati waktu yang bergulir setiap saat, setiap detik. Antara yang sibuk dengan yang senggang, pasti berbeda. Bagi orang yang sibuk, akan merasa kenapa waktu berlalu begitu cepat, hingga pekerjaannya masih belum selesai sampai ia harus lembur segala. Akan tetapi beda bagi orang yang senggang, ia merasa bosan mengapa waktu berlalu begitu lama. Dari contoh tersebut muncul suatu sisi relativitas waktu karena beda aktivitas untuk melewati waktu.

Kemudian ada satu cerita lagi yang ingin kusampaikan. Ada seseorang yang merasa satu tahun yang telah ia lewati terasa begitu cepat, sedangkan ada orang lain lagi yang mengatakan bahwa ia telah melewati satu tahun yang sangat panjang dengan susah payah. Ada alasan masing-masing pada dua orang tersebut. Orang yang pertama yang bilang satu tahun itu cepat, melewati satu tahunnya dengan sedikit variasi kegiatan, dan rutinitas sehari-harinya yang ia jalani hampir selalu sama, mandi, berangkat kuliah, makan, minum, tidur, dll. Beda dengan orang yang kedua, yang selain kuliah juga aktif dalam organisasi, ia harus banyak menangani kegiatan yang setiap selesai satu muncul lagi yang baru, ia aktif dalam posisi ketua, koordinator, ataupun penanggung jawab. Dari contoh kedua tersebut muncul kembali sisi relativitas waktu karena beda volume dan variasi aktivitas dalam jangka waktu tertentu.

Dari kedua contoh di atas, nampak relativitas waktu muncul ketika ada permasalahan dengan cara kita menyikapi waktu yang ada. Jadi memang benar waktu satu detik di manapun kita berada itu sama, tetapi bagaimana kita menyikapi waktu satu detik itu berbeda. Intinya adalah pemanfaatan waktu itu sendiri.

Ingat hadits berikut ini, "Bersilaturrahmi, baik budi pekerti dan bertetangga yang baik, akan meramaikan kampung dan dapat menambah umur." (HR. Ahmad dan Baihiqi dari Aisyah)

Dalam hadits ini dikatakan bahwa 'dapat menambah umur', artinya bukan menambah panjang umur kita yang sebenarnya telah ditentukan oleh Allah SWT, akan tetapi sebenarnya menambah umur di sini berkaitan dengan relativitas waktu yang telah kita bahas sebelumnya. Jadi dalam Islam sebenarnya sudah ada pengaplikasian dari relativitas waktu itu sendiri, yaitu dengan banyak bersilaturrahmi dan sebagainya. Dengan banyak silaturrahmi, kita dapat memanfaatkan waktu kita untuk bersosialisasi dengan orang lain yang setiap saat pasti berbeda-beda keadaannya, berbeda suasananya, dan berbeda tempatnya. Semakin kita sering silaturrahmi, maka kita akan merasa mengerjakan hal yang tidak sia-sia dalam melewati suatu tolok ukur waktu. Hal tersebut juga dapat membuat perasaan kita telah mengerjakan hal yang banyak sekali dalam melampau waktu itu, sehingga hal ini membangun prespektif kita terhadap waktu bahwa waktu kita amatlah panjang dan kita tak menyia-nyiakannya. Inilah inti antara relativitas waktu dan pemanfaatan waktu itu. Benar kata pepatah, waktu itu emas.

Komentar

Anonim mengatakan…
koq jadi kaya teori relativitas?
Einsten.. haha..

Maen" ke blog saya ya..
lewat www.ekspresia.co.cc aja..
Okey?

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Lintas Jalur ITS

Jujitsu is My Way

Memang Jauh, Tetapi...