Energi di Bumi Terus Bertambah?
Coba kita logikakan, apakah jumlah energi keseluruhan yang ada di bumi -bila kita andaikan dengan hukum kekekalan energi- selalu sama? Tidak merupakan penyimpulan saya sementara ini. Mengapa? Apakah kita lupa bahwa ada matahari yang selalu menyinari kita setiap hari. Matahari memiliki energi panas dan energi cahaya, yang selalu ditransfer setiap saat kepada sekitarnya, dan kepada -kebetulan kita ada di- bumi.
Energi yang berasal dari matahari yang dapat kita amati secara langsung berupa cahaya dan panas. Cahaya merupakan energi yang didefinisikan para ahli berasal dari percikan elektron. Cahaya adalah sebuah ciptaan Allah yang sangat menakjubkan. Coba kita bandingkan antara cahaya dan kegelapan. Keduanya memang berlawanan, akan tetapi dimensi keduanya berbeda. Cahaya merupakan sebuah materi yang menyebabkan sesuatu terlihat oleh indera pengelihatan kita. Sedangkan kegelapan adalah suatu kondisi, bukan sebuah materi. Kegelapan adalah kondisi hampanya cahaya dan ia tak memiliki daya seperti cahaya. Cahaya acap kali diperumpamakan sebagai penerangan pikiran atas suatu kebenaran atau hidayah dari Allah. Dalam ayat Al-Qur'an berikut dijelaskan pula cahaya sebagai pemberian Allah:
Selain dari penjelasan di atas, ingat pula perilaku tumbuhan yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber dalam fotosintesis. Artinya, tumbuhan juga menangkap energi dari matahari dalam fotosintesisnya, dan menghasilkan bahan energi lainnya untuk dirinya dan untuk cadangan makanan. Logikanya, energi matahari yang telah terpakai ini tidak hilang, namun diolah tumbuhan menjadi bahan energi lain. Jadi, logika lanjutannya adalah energi yang diterima dari matahari membuktikan bahwa jumlah energi total yang ada di bumi ini selalu bertambah. Jika sejauh ini masih bisa diterima, maka permasalahan selanjutnya adalah, jika semakin hari jumlah yang ada di bumi ini semakin bertambah, maka akankah suatu saat nanti terjadi suatu kondisi over atau kelebihan?
Wallahua'lam bisshowwab. Wabillahi taufiq wal hidayah.
Energi yang berasal dari matahari yang dapat kita amati secara langsung berupa cahaya dan panas. Cahaya merupakan energi yang didefinisikan para ahli berasal dari percikan elektron. Cahaya adalah sebuah ciptaan Allah yang sangat menakjubkan. Coba kita bandingkan antara cahaya dan kegelapan. Keduanya memang berlawanan, akan tetapi dimensi keduanya berbeda. Cahaya merupakan sebuah materi yang menyebabkan sesuatu terlihat oleh indera pengelihatan kita. Sedangkan kegelapan adalah suatu kondisi, bukan sebuah materi. Kegelapan adalah kondisi hampanya cahaya dan ia tak memiliki daya seperti cahaya. Cahaya acap kali diperumpamakan sebagai penerangan pikiran atas suatu kebenaran atau hidayah dari Allah. Dalam ayat Al-Qur'an berikut dijelaskan pula cahaya sebagai pemberian Allah:
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (TQS. An Nuur : 35)Energi panas yang berasal dari matahari meskipun sebagian ada yang dipatulkan lagi ke luar angkasa, namun banyak juga yang ditangkap oleh bumi. Energi tersebut menyediakan temperatur yang sesuai bagi kehidupan segala makhluk hidup yang ada di bumi. Hebatnya, temperatur yang terus-menerus diterima bumi dari matahari selalu stabil dan terjaga dalam kisaran yang dapat diterima manusia atau makhluk lainnya. Memang benar panas matahari selalu diterima dan menambah suhu di bumi, akan tetapi Allah telah memberikan pengatur suhu yang selalu diterima itu dengan malam. Sebagaimana firman-Nya:
"dan Kami jadikan malam sebagai pakaian" (TQS. An Naba' : 10)Malam adalah kondisi di mana bumi tidak mendapatkan cahaya matahari dan tidak pula mendapatkan panas matahari. Logikanya, malam tidak memberikan suhu dingin, akan tetapi malam memberikan kondisi suhu asli bumi bila tidak ada panas dari matahari yang diterima. Jadi, malam otomatis menetralisir panas yang diterima dari matahari. Sejalan dengan pembahasan artikel sebelumnya, malam juga membiarkan bumi/tanah menyerap panas dan menetralkannya. Di sisi lain, jika malam tidak diimbangi dengan panas yang diterima dari matahari, maka kondisi bumi ini pasti akan sangat dingin. Oleh karena itu, jika malam tanpa siang atau siang tanpa malam, maka mustahil bumi untuk menyeimbangkan suhunya. Logikanya, jika ada pengurangan terus menerus, untuk menjaga nilai agar stabil juga diperlukan penambahan terus menerus, begitupun sebaliknya.
Selain dari penjelasan di atas, ingat pula perilaku tumbuhan yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber dalam fotosintesis. Artinya, tumbuhan juga menangkap energi dari matahari dalam fotosintesisnya, dan menghasilkan bahan energi lainnya untuk dirinya dan untuk cadangan makanan. Logikanya, energi matahari yang telah terpakai ini tidak hilang, namun diolah tumbuhan menjadi bahan energi lain. Jadi, logika lanjutannya adalah energi yang diterima dari matahari membuktikan bahwa jumlah energi total yang ada di bumi ini selalu bertambah. Jika sejauh ini masih bisa diterima, maka permasalahan selanjutnya adalah, jika semakin hari jumlah yang ada di bumi ini semakin bertambah, maka akankah suatu saat nanti terjadi suatu kondisi over atau kelebihan?
Wallahua'lam bisshowwab. Wabillahi taufiq wal hidayah.
Komentar